SriwijayaRadio. Biaya pemeliharaan uang tunai kertas perlembar sangat mahal, diperkirakan
sebesar Rp 16. Untuk itulah Bank Indonesia
saat ini berusaha keras memajukan program
Gerakan Nasional Non Tunai. Bentuk dukungan terhadap GNNT dilakukan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII, kali ini dengan me Launching E Money dilaksanakan di koperasi dan kantin yang berada
di lingkungan kantor perwakilan BI Provinsi Sumsel.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumsel, Hamid Ponco Wibowo mengatakan,
kalau launching ini diharapkan
mendapat dukungan dari semua pihak, agar gerakan non tunai lebih diminati masyarakat.
“ kita tau sendiri biaya perawatan uang kertas itu mahal, kadang-kadang masih
tidak dihargai, dicoret , di lipat yang membuat bentuknya semakin buruk, dengan
gerakan non tunai ini, kita bisa melakukan penghematan pengeluaran untuk
perawatan uang” jelasnya. Ia juga mengakui saat ini penggunaan transaksi masyarakat
Indonesia dalam pembayaran berbasis elektronik masih relatif rendah
dibandingkan negara ASEAN lainnya. Sementara itu Indonesia memiliki potensi
dalam perluasan akses sistem pembayaran karena didukung oleh kondisi geografi
dan jumlah populasi yang cukup besar. Untuk itulah gerapan seperti ini perlu
terus lebih di sosialisasikan lagi ke masyarakat.
Hal senada juga di ungkapkan oleh Kepala Kanwil II Bank Mandiri Kuki
Kadarisman, menurutnya dengan gerakan non tunai ini, banyak sekali keuntungan
dan efisiensi, termasuk juga penghargaan terhadap uang. Bank Mandiri sebagai
bentuk dukungan terhadap gerakan non tunai ini sudah sangat banyak salah satunya
memperbanyak jaringan. Ia mengakui saat
ini Electronik Money memang untuk kalangan menegah keatas, tetapi tidak
tertutup kemungkinan, kedepan E Money ini akan bisa dinikmati semua lapisan
masyarakat.
Reporter : C’Mar
|
|