Telok Abang
SRIWIJAYA RADIO - Telok Abang dan Agustus di Palembang
memang tidak bisa lepas dari tradisi di kota ini, mainan yang sudah ada sejak
sebelum kemerdekaan di mana pada tahun 1930-an saat sering di adakannya pasar
malam di kawasan pinggiran sungai musi (sekarang menjadi plaza BKB) dimana
pasar malam yang terbentang dari daerah hulu ke hilir (Dari Bekangdam sampai ke
Gedung pasar 16 sekarang) awal kemerdekaan kita +/- tahun 1945 baru bendera
merah di tambahkan di telok abang ini, memang sangat menarik dan hanya ada di
kota ini dan hanya saat menjelang Agustusan, Telok abang yang awalnya hanya
berbentuk pesawat terbang sekarang ini sudah banyak modifikasi ada jenis
scooter, becak, bus, helikopter, tank dan lain sebahagainya.
Jalan merdeka merupakan pusat dari penjualan telok abang di mana dari depan eks hotel musi, (simpang istiqomah) sampai ke simpang 26. walaupun di tahun 2008 ini masih banyak penjual telok abang melihat kondisi ini mungkin tradisi ini akan bisa bertahan lama.
Ada
juga yang lain yang berkaitan dengan Agustusan di Palembang selain Telok Abang
yaitu “Telok Ukan” dan “Ketan Sepit”, di manana dua benda ini juga mengiringi
setiap adanya telok abang tetapi tidak “sepopuler” telok abang.
Telok
Abang adalah mainan yang paling populer, terutama di bulan Agustus di
Palembang. Mainan yang terbuat dari barang bekas ini telah digeluti puluhan
tahun oleh ratusan warga Palembang sebagai usaha yang memberi
penghasilan lumayan Ismail (55), salah satu perajin telok abang mulai merintis
usahanya sejak tahun 1970-an. Bahkan membuat telok abang kini menjadi usaha
keluarganya. Ia bersama anaknya, Iwan (18) dan Toni (16) dalam pembuatan telok
abang ini menggunakan bahan kari kardus bekas dan gabus. Mainan telok abang ini
terwujud dalam berbagai bentuk, seperti kapal layar, pesawat terbang, miniatur
jembatan ampera, bahkan miniatur sepeda motor.
Telok
abang ini terdiri dari telur ayam atau telur bebek yang direbus dengan “sumbo”
(untuk pewarnalayang-layang) sehingga berwarna merah. Setelah itu, telur yang
berwarna merah itu dipadukan dengan berbagai mainan atau hiasan berbagai bentuk
yang dibuat dari kardus bekas dan kayu gabus. Jadilah dia mainan yang biasanya
digemari warga Palembang, Sumsel selama bulan Agustus setiap tahunnya.
Hasil
kerajinan karya Ismail, Iwan, dan Tomi dilengkapi dengan gagang bambu dan
diikat dengan benang. Mainan khas ini dijajakan semarak di sepanjang jalan Kota
Palembang. Biasanya momen penjualan telok abang, mendekati peringatan 17
Agustusan. Harganya berkisar Rp 15.000 hingga Rp 50.000. Bahkan untuk yang
ukuran agak besar dan pembuatannya agak rumit, bisa mencapai Rp 150.000. Yang
harganya mencapai Rp 150.000, misalnya, miniatur Jembatan Ampera dan kapal
layar. karena membuatnya memang agak rumit dan memakan waktu cukup lama,
ujar Ismail.
Ismail
tidak sendirian. Sedikitnya, ada 200-an perajin serupa yang memanfaatkan momen
peringatan hari kemerdekaan RI. Kegiatan ini menjadi usaha ramahan warga Palembang.
Umumnya merupakan pengusaha kecil dengan modal yang minim. Setahun sekali
mereka mendapatkan rezeki. Selebihnya, momen lainnya juga dimanfaatkan, seperti
saat tahun tahun baru membuat terompet tahun baru.
Ismail,
sedikitnya bisa menghasilkan 500 hingga 700-an unit mainan telok abang. Dia
tidak menjajakan, tetapi menitipkan kepada penjual yang biasanya memajang
dagangannya di pinggir jalan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar