Alex Noerdin Miris Lihat Pembangunan Sumsel di OKU Timur
SRIWIJAYA RADIO - Sejak lima tahun terakhir, pembangunan di Sumsel maju pesat.
Namun, geliat pembangunan itu tak dirasakan warga Kabupaten Ogan Komering Ulu
(OKU) Timur. Program sekolah dan berobat gratis, ternyata tidak berjalan di
kabupaten yang sudah berusia sembilan tahun itu.
Kenyataan
ini terungkap saat blusukan calon gubernur (Cagub) Sumsel nomor 4 H Alex
Noerdin di beberapa lokasi di OKU Timur, Sabtu (25/5). Alex menyerap aspirasi
di Pasar Sidodadi BK 9, Pasar Gumawang BK 10, Desa Sukajadi BK 9 Kecamatan
Belitang I, Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Buay Madang, dan Campang Tiga Ilir
Kecamatan Cempaka.
Di
setiap daerah yang dikunjungi, Alex menemukan beberapa fakta miris.
Diantaranya, program sekolah dan berobat gratis yang ia gulirkan dengan
menjalin komitmen seluruh kepala daerah di Sumsel sejak 2008 itu, tidak
berjalan.
Seperti
yang terjadi di Desa Sukajadi Kecamatan Belitang I. Setiap sekolah wilayah itu
masih memungut biaya pendidikan kepada setiap pelajar. Belum lagi,
pungutan-pungutan lain yang dibebankan, seperti pengadaan buku pelajaran.
Kondisi
serupa terjadi di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Buay Madang. Program yang
bertujuan untuk memudahkan warga menjangkau akses pendidikan dan pelayanan
kesehatan, tidak terealisasi. Akibatnya, warga cukup kesulitan menyekolahkan
anaknya dan berobat karena mayoritas warga berprofesi sebagai petani.
Fakta
ini ditemukan saat Alex bertanya langsung kepada warga yang berkerumun di
setiap lokasi blusukan. “Sekolah gratis sudah berjalan belum di sini..?
“Belum,” jawab warga kompak. “Berobat gratis berjalan tidak di sini.? “Tidak,”
kembali warga menjawab.
“Anak
kami masih bayar iuran sekolah, berobat kami masih bayar. Di sini, program
sekolah dan berobat gratis tidak jalan Pak Alex,” ujar Arina, warga Desa
Sukajadi.
Mendengar
pernyataan langsung warga OKU Timur itu, membuat Alex Noerdin geram. Sebagai
pelopor program tersebut, dirinya akan meminta pertanggungjawaban pemerintah
setempat untuk ditindaklanjuti. Sebab, program-program tersebut digulirkan
sebagai kepeduliannya untuk meningkatkan perekonomian warga Sumsel secara umum.
Apalagi, program ini merupakan representasi dari komitmen kepala daerah dengan
sistem dana sharring.
“Maaf
kalau saya sedikit emosi, karena program ini hak rakyat dan sudah berjalan di
daerah-daerah lain di Provinsi Sumsel. Tapi nyatanya, di Kabupaten OKU Timur
tidak berjalan,” ujar Alex.
“Saya
wajib marah karena dana dari Pemprov Sumsel sudah dikirim untuk dua progam ini,
dan seharusnya sudah dinikmati seluruh masyarakat Sumsel, termasuk warga OKU
Timur,” tambah Alex.
Fakta
lain juga ditemukan Cagub Sumsel nomor urut 4 itu. Di kabupaten ini, tidak
tersedia infrastruktur yang memadai. Seperti akses jalan dari Desa Sukajadi
Kecamatan Belitang I menuju Kecamatan Pengandonan yang menghubungkan lebih dar
sepuluh desa. Jalan berstatus kabupaten ini rusak parah. Aspal di sepanjang
jalan tersebut sudah terkelupas, bahkan berlobang besar dengan kedalaman 30-40
centimeter dan berdiamater hingga dua meter. Kondisi ini telah berlangsung
sejak tiga tahun terakhir tanpa diperbaiki.
“Saya
transmigran asal Jawa Barat. Sejak 2010 sudah tinggal di sini, dan belum pernah
merasakan adanya pembangunan. Kalian mau ke sini juga melintasi jalan itu.
Lihat sendiri bagaimana kondisi jalan kabupaten itu,” ungkap Nurman, warga Desa
Sukajadi kepada wartawan saat dimintai keterangan.
Tidak
hanya itu, di sektor perekonomian juga sangat memperihatinkan. Mayoritas pasar
tradisional di kabupaten itu semrawut karena tidak dikelola dengan baik padahal
Pemerintah Kabupaten OKU Timur selalu memungut retribusi, seperti yang terjadi
di Pasar Sidodadi BK 9 Kecamatan Belitang dan Pasang Gumawang BK 10.
Di
Pasar Sidodadi yang dibangun sejak tahun 1955 lalu itu sangat kumuh dan tidak
terawat. Salah satu pasar terbesar di Kecamatan Belitang ini tidak pernah diperbaiki.
Terakhir, pasar ini baru direnovasi tahun 1987, 25 tahun terakhir tanpa ada
pembenahan.
Marjohan
(49) salah satu pedagang mengatakan, meski pasar ini hampir setiap hari dilalui
Bupati OKU Timur, Herman Deru, namun tak sedikitpun mendapat perhatian. Bahkan,
di pasar ini tidak tersedia tempat pembuangan sampah sementara. Akibatnya,
sampah menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap di sekitar pasar.
“Pasar
ini amburadul, penataan tidak beres. Sanitasi dan tempat pembuangan
sampah tidak ada sama sekali. Kami sangat terganggu. Lihat sendiri kondisinya,
tidak perlu diceritakan lagi,” ungkapnya.
“Kalau
memang pemerintah dekat dengan rakyat dan peduli dengan kondisi pedagang, tidak
perlu lagi diminta. Setiap hari melintas dan terkadang mampir di pasar sini
sudah seharusnya ada perbaikan. Tapi nyatanya tidak ada respon sama sekali,”
tegasnya.
Alex
mengaku sangat prihatin dengan kondisi pasar tradisional yang ada di Kabupaten
OKU Timur. Alex mengungkapkan, bersama H Ishak Mekki, dirinya ingin eksistensi
pasar tradisional tetap menjadi salah satu basis perekonomian kerakyatan.
Apalagi, pasar tradisional saat ini mulai tergerus dengan menjamurnya
pasar-pasar modern, seperti mal, supermarket, hypermarket, dan outlet modern.
“Seharusnya
pemerintah setempat harus menata pasar tradisional ini sehingga rakyat senang
beraktifitas di pasar. Kalau memang tidak sanggup, Pemprov Sumsel akan
mengatasinya. Sebab, saya prioritaskan pengembangan perekonomian dengan
membangun dan meningkatkan berbagai sarana infrastruktur pasar rakyat,
konkritnya dilakukan bedah pasar,” tegas Alex.
Di
sektor keamanan, di Kecamatan Belitang, Buay Madang, dan Kecamatan Cempaka,
serta mayoritas di wilayah OKU Timur, masuk dalam daerah rawan kriminalitas. Di
kabupaten ini kerap terjadi aksi kejahatan, seperti perampokan dan pencurian.
Bahkan, warga sekitar tidak berani keluar atau bepergiaan saat malam hari.
“Kami
tidak berani keluar malam, paling banter jam 9 kami sudah pulang ke rumah.
Kejahatan di sini luar biasa, satu minggu itu pasti ada yang perampokan,”
terang Beni Defidson, tokoh masyarakat Pandan Agung.
Pengamat
Sosial dari IAIN Raden Fatah Palembang, Prof Dr Abdullah Idi menjelaskan,
tingginya intensitas kejahatan di suatu daerah menunjukkan bahwa tingkat
perekonomian masyarakat di daerah tersebut masih rendah. Sebab, kejahatan
muncul karena terjadinya kesenjangan ekonomi, selain minimnya lapangan kerja
dan tersedianya infrastruktur yang baik.
“Secara
umum, kejahatan tergantung tingkat ekonomi, lapangan kerja, dan infrastruktur.
Kalau masyarakatnya miskin, aksi kejahatan pasti makin besar,” tukasnya.
Humas
Pemprov Sumsel
Tidak ada komentar
Posting Komentar