Header Ads

JEMPUT BOLA, BSB MENUJU REGIONAL CHAMPION


Kacab BSB Sako, Nila bersama Warimin dan Istri
Sriwijaya Radio, Palembang – Tak ada istilah menunggu dalam kamus abdi masyarakat sejati. Jemput bola dalam melayani masyarakat dengan sepenuh hati, serta menjembatani para Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), adalah salah satu bukti nyata dari PT. Bank Pembangunan Daerah Sumsel Babel Cabang Pembantu Sako Kenten. Tim Sriwijaya Radio berkesempatan untuk mengikuti langsung perjalanan sang pemimpin, Ibu Nila Lusida, menemui salah satu dari 33 nasabah Kredit Usaha Mikro (KUM) binaan BSB Cabang Sako, Rabu (21/10).
                Ia adalah Warimin Khoiri (51). Usianya yang sudah menginjak kepala lima, tak lantas membuatnya hanya menyambut senja. Justru ia sangat bersemangat, menekuni usaha keripik yang sudah ia lakoni sejak tahun 2007 silam. Ya, Rumah Keripik Wong Kito Pitoyo yang berlokasi di Jalan Kebun Sayur Rt. 42 No. 471 Kelurahan Sukamaju Kecamatan Sako Palembang, menjadi usaha yang kini ia rintis.
                Pitoyo dalam bahasa Jawa berarti percaya. Sehingga, Warimin dan sang istri, Watena (50) berharap bisa menjadikan Rumah Keripik Wong Kito Pitoyo dipercaya masyarakat sebagai salah satu kuliner lokal khas Palembang.
                Usaha keripik ia mulai dengan melihat peluang sederhana. Ubi yang selalu bisa ditemukan dimana saja, dan proses produksi keripik yang terbilang mudah. Tidak perlu menggunakan teknologi tinggi dan tempat yang luas untuk memproduksi keripik.
                “Bermodalkan singkong dan bumbu, jadilah keripik yang awalnya hanya kami jual di kantin sekolah dan warung manisan,” papar Warimin.
                Awal bisnisnya, ia hanya memproduksi 1 kilogram keripik saja per harinya, dengan omzet hanya berkisar Rp 100 ribu per hari.
                “Dulu 1 bungkus kecil keripik hanya dihargai Rp 500,- untuk dititip dikantin sekolah dan warung kecil, sementara yang ukuran agak lebih besar dihargai Rp 3.500,-,” ujarnya seraya tersenyum.
                Varian rasa awal yang ia jual juga hanya 2 varian, yakni rasa original dan pedas, dimana keripik dibungkus dengan plastik dan masih menggunakan label kertas.
                Kini, Warimin mampu memproduksi hingga 150 kilogram keripik per hari, dengan ekspansi mencapai Rp 1 juta per harinya, atau jika dikalkulasikan mencapai Rp 30 juta per bulan. Saat ini, Keripik Wong Kito Pitoyo dijual mulai dari harga Rp 1000,-, Rp 6 ribu dan Rp 20 ribu.
                “Semakin berkembang, varian rasa kami tambah. Saat ini sudah tersedia 3 varian rasa untuk singkong, yakni super pedas, jagung manis dan keripik manis. Selain singkong, kami perlahan menambah bahan baku yakni Ubi Selo dengan varian rasa balado, jagung manis dan super pedas, dan pisang nangka sebagai bahan baku keripik pisang dengan varian rasa original, cokelat, dan manis. Semakin banyak varian, ketertarikan masyarakat semakin tinggi,” ujar perantau yang sudah sejak tahun 1985 tinggal di Palembang ini senang.
                Oleh karena itu, Bank Sumsel Babel mempercayakan Kredit Usaha Mikro (KUM) yang diberikan kepada Warimin sejak bulan Juli lalu.
                Ia pun mengungkapkan, Bank Sumsel Babel tak hanya sekedar meminjamkan modal, tetapi juga memberikan perhatian kepada setiap nasabah KUM.
                “Apa yang kami perlukan, semua didiskusikan langsung. Mulai dari ide label, proses produksi hingga display keripik, semua masukan diberikan, agar kami bisa terus mengembangkan usaha ini dari waktu ke waktu. Alhamdulillah, saya dan istri sangat bersyukur bisa menjadi nasabah BSB Cabang Sako, yang secara terus-menerus memberikan arahan untuk kami agar bisa lebih menjualkan produk ini”.
                Tak tanggung-tanggung, BSB Cabang Sako juga memberikan dukungan penjualan keripik dengan memberikan banner berukuran besar, yang dipasang didepan rumah pribadi sekaligus rumah produksi Keripik Wong Kito Pitoyo. Saat ini, kertas label terdahulu sudah diganti dalam bentuk stiker di plastik kemasan yang higienis tentunya. Tercatat, Warimin diberikan kucuran dana sebesar Rp 20 juta, dimana per bulannya hanya dibebankan kredit sebesar Rp 1.083.330,-.
                “Bunga yang hanya 15 persen, membuat UMKM seperti kami tidak ‘tercekik’,” tandasnya.
                Kini, Keripik Wong Kito Pitoyo yang tanpa bahan pengawet dan bisa bertahan hingga 3 bulan ini sudah menyebar di penjuru Kota Palembang, seperti di Carefour, minimarket, kantin diantaranya kantin RSMH Palembang dan kantin PTC Mall, koperasi diantaranya koperasi Kejaksaan Tinggi Sumsel dan Koperasi Bank Indonesia, serta Koperasi Balido di Bandara SMB II Palembang.
                Selain itu, keripik renyah dan gurih ini juga dijual dengan memberdayakan para tukang jamu keliling, dengan sistem konsinyasi.
                “Keripik di titip jual, setelahnya disetor per minggu. Dengan begitu, kami bisa membantu mereka mendapatkan penghasilan tambahan. Selain tukang jamu, juga sudah ada 10 orang reseller kami juga dengan sistem konsinyasi,” jelas Warimin.
                Impian Warimin, yakni Keripik Wong Kito Pitoyo bisa menjadi Sentra Penjualan Keripik, dimana nantinya ia bisa merangkul banyak UKM keripik dan makanan khas Palembang lainnya, dan menjadi salah satu alternatif  lokasi makanan oleh-oleh khas Palembang. Impian ini sudah mulai ia wujudkan, dengan mempersiapkan ‘bekas’ garasi rumah yang akan disulap menjadi toko keripik andalannya.
                “Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui, kalau keripik produksi lokal wong kito ada disini, karena yang banyak beredar keripik dari Lampung, Medan, bahkan dari Bangka Belitung,” tuturnya serius.
                Kepala Cabang Bank Sumsel Babel Cabang Sako Kenten, Nila Lusida mengatakan, saat ini pihaknya juga berkomitmen untuk terus ‘jemput bola’ merangkul UMKM yang belum bergabung menjadi nasabah binaan Bank Sumsel Babel.
                “Dari segi manajemen, produksi, hingga pemasaran nasabah, kami perhatikan secara berkelanjutan. Pembinaan ini menjadi salah satu bukti nyata dalam rangka transformasi Bank Sumsel Babel menuju Regional Champion,” kata Nila bangga.
                Diketahui, saat ini Bank Sumsel Babel sudah merangkul sekitar 8.981 debitur per akhir September 2015, dengan pencapaian  sebesar 989 miliar rupiah per September 2015 dari target pembiayaan UMKM sebesar Rp 1,2 triliun. Direktur utama Bank Sumsel Babel, M. Adil mengatakan, memajukan UMKM menjadi salah satu tujuan penting dalam meningkatkan perekonomian di wilayah Sumsel Babel.
                “Kami berharap target penyaluran kredit kepada UMKM bisa tercapai, dan BSB bisa menyentuh hingga ke semua daerah di wilayah Sumsel Babel,” harapnya.
Bank Sumsel Babel mencatat kualitas kredit masih tetap terjaga bahkan justeru membaik pada Juni 2015, yakni dengan NPL di bawah 3 persen sebesar 2,23  persen, sedangkan pada akhir Juni 2014 NPL BSB sebesar 2,34%. Selain itu, hingga akhir Juni 2015 lalu, aset Bank Sumsel Babel sudah mencapai Rp 20,9 triliun atau tumbuh sebesar 13,6 persen dibanding total aset pada Juni 2014 yakni sebesar Rp 18,4 triliun.

Reporter : Cek Rul
Editor : Cek Mar




Diberdayakan oleh Blogger.