Tips Menjadi Novelis Sukses
SRIWIJAYA RADIO – Pekerjaan yang menawarkan kebebasan waktu
dan kebebasan berekspresi memang terlalu menggoda untuk diacuhkan. Orang bilang
penulis novel memiliki dua kebebasan tersebut. Seorang penulis novel tak
memiliki bos, ia bebas menentukan kapan waktunya menulis dan tidak. Ia bebas
menuangkan segala kreativitasnya tanpa batas. Bila bukunya menjadi best seller, uang yang
dihasilkan pun cukup menggiurkan.
Namun menjadi penulis buku dan
membuat bukunya diterbitkan bukan hal yang gampang. Banyak lika-likunya. Memang
jika Anda memiliki cukup modal Anda bisa mengeluarkan uang untuk menerbitkan
buku. Namun bila harus menempuh jalur biasa, artinya Anda harus mengirimkan
naskah ke penerbit. Itu akan memakan waktu lama.
“Dalam sehari kita bisa menerima
ratusan naskah. Butuh waktu berbulan-bulan sebelum bisa terbit,” ujar Siska
Yuanita, penyunting buku Kocok!
The Untold Stories of Arisan Ladies and Socialites, kepada Kompas Female, beberapa waktu
lalu di Jakarta.
Nah, sebelum buku bisa naik cetak,
naskah tulisannya harus mampu menarik hati sang editor untuk membacanya,
menyuntingnya, dan mengirimkan naskah Anda ke percetakan.
“Sebenarnya kalau menulis fiksi itu
trennya dari dulu hingga sekarang, dan sepertinya yang masih akan disukai
adalah tema percintaan. Namun bagaimana ceritanya, caranya mengemas, itu yang
menjadikan sebuah novel menarik untuk diterbitkan,” lanjut Siska, yang sudah
bekerja sebagai editor buku di Gramedia selama 12 tahun.
Siska membagi langkah-langkah yang
perlu diambil untuk mengirimkan naskah ke penerbitan.
1. Naskahnya sudah selesai
Maksudnya ide Anda sudah ditulis dalam sebuah cerita lengkap dengan ending-nya, saat ingin
dikirimkan ke penerbit. “Banyak sekali orang yang ngomong saya ingin menulis
buku ini. Oke, lalu naskahnya mana? Ternyata belum ada,” lanjut Siska, yang
sehari-hari tak hanya mengedit buku tapi juga keluar mencari penulis untuk
menerbitkan buku.
2. Ceritanya jangan “basi”
Meski sudah dikatakan bahwa romance atau kisah percintaan merupakan sumber
yang tak ada matinya hingga kini, Siska mengingatkan untuk mengemas cerita
dengan cara yang tidak biasa. “Bermainlah dengan angle. Permasalahan yang
sering saya hadapi pada novel teenlit adalah cerita selalu dimulai dengan
alarm berbunyi dan terlambat. Kisah cintanya antara cewek culun naksir anak basket,”
katanya.
Menurutnya hal tersebut tak masalah,
kalau memang sumber imajinasinya seperti itu. Boleh saja mempertemukan cewek
culun dengan cowok populer, namun jangan ragu untuk menggali dari sisi yang
berbeda. “Idenya enggak harus baru dan beda. Meski hal tersebut akan langsung
menarik hati sang editor. Namun bukan sesuatu yang baru juga tak masalah, yang
penting bermain dengan kreativitas.”
3. Tata bahasa yang baik
Seperti mengirim lamaran pekerjaan, naskah Anda akan bersaing dengan ratusan
naskah lainnya. Maka, selain cerita yang tidak “basi”, perhatikan dengan baik
tata bahasanya. Naskah yang Anda kirimkan sebisa mungkin bersih daritypo (kesalahan ketik) sekaligus
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Ini sangat masuk akal. Jika Anda
ingin menjadi penulis, syarat utamanya bisa menulis, bukan? Jadi buktikan bahwa
Anda bisa menulis.
Sebelum berpisah, Siska memberikan
tip pamungkasnya bagi Anda yang ingin menerbitkan buku, “Duduk dan
menulislah!”
Tidak ada komentar
Posting Komentar