Duh! 2 Tahun, Siswa SD Belajar di Gudang Sekolah
SRIWIJAYA RADIO
- Besarnya
bantuan anggaran dari pemerintah pusat buat pembangunan sekolah di Kabupaten
Blitar rupanya belum bisa menjangkau semua sekolah. Buktinya, masih ada sekolah
dasar yang sepertinya dibiarkan rusak hingga bertahun-tahun.
Itu seperti kondisi SDN Tepas 2, yang berlokasi di Dusun
Rembang, Desa Tepas, Kecamatan Kesamben. Sejak awal tahun 2011 lalu, sekolah
yang berada di pelosok desa itu mengalami rusak parah. Empat ruang kelasnya tak
bisa ditempati karena blandar, usuk, dan rengnya sudah lapuk dimakan usia.
Bahkan, gentingnya sudah banyak yang pecah dan
berjatuhan. Akibat rusaknya empat ruang kelas itu, siswa kelas 1, 2, 3, dan 4,
belajar dengan kondisi memprihatinkan. Misalnya, siswa kelas 2, mereka harus
belajar di musala sekolah, yang berukuran 5x5 m2 dengan tanpa meja dan kursi
belajar alias hanya lesehan.
Lebih memprihatinkan lagi, siswa kelas 1. Mereka belajar
di ruangan gudang sekolah, yang disekat jadi dua ruangan dengan gudang.
Berbeda dengan siswa kelas 3 dan 4. Mereka belajar
bergantian dengan siswa kelas 5 dan 6. Caranya, kalau kelas 5 dan 6, masuk
siang, misalnya, maka kelas 3 dan 4, masuk pagi atau sebaliknya. Tak pelak
juga, buat para gurunya, jam mengajar akhirnya bertambah panjang.
"Kasihan para guru juga. Kalau jam mengajar
normalnya itu berakhir sampai pukul 12.00 WIB. Namun karena ruang kelasnya
bergantian di sekolah sini, maka pulang mereka rata-rata pukul 16.00 WIB,"
kata Dra Sri Purwati, Kepala SDN Tepas 2, Jumat (22/2).
Tak hanya siswa yang tak punya ruang kelas, guru juga demikian. Selama ini, tak ada ruang guru karena keterbatasan ruangan. Ruang guru selama ini menempati emperan yang jadi satu dengan ruang koperasi sekolah.
Tak hanya siswa yang tak punya ruang kelas, guru juga demikian. Selama ini, tak ada ruang guru karena keterbatasan ruangan. Ruang guru selama ini menempati emperan yang jadi satu dengan ruang koperasi sekolah.
Tak heran, pemandangan di ruangan guru terlihat tak sedap
karena seringkali mejanya ditempati jajanan anak-anak yang dijual di koperasi
itu.
"Sebetulnya, kami sudah melaporkan kondisi rusaknya
sekolahan ini sejak tahun 2010 lalu, namun belum ada respons dari Diknas dan
hanya dijanjikan saja," ungkapnya.
Rapuhnya atap sekolah itu pernah membawa salah seorang
guru kelas 3, Susilo, pernah kejatuhan genting. Akibatnya, kepalanya bocor dan
harus dilarikan ke puskesmas setempat. Khawatir hal itu menimpa anak-anak, maka
pintu keempat ruangan sekolah yang rusak parah itu ditutup.
"Kami khawatir kalau nggak ditutup pintunya, itu
akan dibuat mainan anak-anak," paparnya.
Kepala Seksi Sarana dan Prasana Dinas Pendidikan
Kabupaten Blitar, Drs Suyadi mengatakan, pihaknya sudah menganggarkan rehab
sekolah tersebut. Rencananya, rehab akan direalisasikan pada tahun ini.
Tidak ada komentar
Posting Komentar