CD REVIEW : NOAH – SEPERTI SEHARUSNYA
Setelah segala peristiwa yang terjadi pada
Peterpan, yang kemudian berganti nama menjadi Ariel, Uki, Lukman, Reza, David
dan berganti lagi menjadi NOAH, setelah buku Kisah Lainnya,
setelahsingle “Separuh Aku” yang dilepas sebulan
lalu,Seperti Seharusnya adalah apa yang paling
dinanti-nantikan. Album ini menjadi tanda bukan saja mereka masih ada di musik
Indonesia, tapi mereka juga tetap tahu dan jeli bagaimana meramu musik dan
lirik dengan terpuji. Dibuka dengan “Raja Negeriku” yang gagah, lagu ini
dibantu oleh dua ratus penghuni Rutan Kebon Waru, Bandung, saat vokalis Ariel
masih di sana. Seruan mereka bersama tabuhan drum dan isian gitar yang rapat
memikat disokong dengan vokal Ariel yang sangat khas itu. Di sela-selanya,
beberapa kali ada pidato Bung Karno yang meniupkan semangat kebangsaan. Lagu
“Jika Engkau” seperti melempar kita kembali ke Peterpan, mengingatkan lagi apa
yang membuat sebagian besar dari kita jatuh hati pada band ini. Rasa muram di
bagian intro (permainan bas di lagu ini sungguh cemerlang) disambung dengan
vokal yang dibungkus sedih. Jika ada vokalis yang menyanyikan putus cintanya
dengan merengek-rengek, Ariel adalah kebalikannya yang sempurna, sementara kita
tetap bisa merasakan susah hatinya. Ini juga yang membuat “Sendiri Lagi”, lagu
lama dari Chrisye ciptaan Ryan Kyoto, yang dibawakan ulang oleh NOAH di album
ini nyaris tak terdengar cengeng. Perlakuannya hampir serupa dengan “Kisah
Cintaku” (Sebuah Nama, Sebuah Cerita, 2008). Rasa lembek diganti dengan megah,
dibantu dengan berbagai isian dan aransemen yang solid, menjadikan lagu ini
terdengar tangguh. “Terbangun Sendiri” dengan lirik bagus, “Katakan entah ke
mana perginya/Masa yang mudah, dan tawa-tawa yang cerah/Dunia yang terdiam
tanpamu”, disampaikan dalam bingkai lagu yang cantik. Seperti
Seharusnya terasa imbang dengan lagu-lagu bertempo
pelan, sedang dan cepat, seperti pada “Tak Lagi Sama” yang bertenaga atau
“Puisi Adinda” yang cantik. Karya Ariel juga imbang tampil bersama lagu-lagu kuat
karya Lukman, David bersama Ihsan Nurrachman (salah satu additional player
NOAH), sampai lirik sumbangan Rian d’Masiv untuk lagu “Hidup Untukmu Mati
Tanpamu”. Jika penggemar Peterpan merasakan kekosongan yang panjang selama ini, Seperti
Seharusnya adalah
jawaban yang membuat lega. Beberapa titik terasa seperti sahabat lama yang
akhirnya kembali, dan di beberapa titik lainnya, kita paham bahwa kita akan
memberikan usaha sepantasnya untuk mendengar dan menghargainya. Mengutip pidato
Bung Karno di akhir lagu “Raja Negeriku“, hal yang sama sepertinya bisa kita
sampaikan pada band ini: “Dengan jiwa yang berseri-seri, mari berjalan terus,
jangan berhenti.” Mari berjalan terus, NOAH, jangan berhenti.
Tidak ada komentar
Posting Komentar